Halaman
199
Apresiasi Sastra
i
Apresiasi Sastra
Apresiasi Sastra
19
Bagaimana dengan pelajaran Anda sebelumnya? Tentu
memuaskan, bukan? Pada pelajaran sebelumnya, Anda telah
belajar menganalisis drama. Sekarang, Anda akan belajar
membuat resensi drama. Tujuannya agar Anda dapat memahami
unsur-unsur dalam resensi drama, penulisan resensi, dan faktor-
faktor pementasan. Selain itu, Anda juga akan belajar bermain
drama dan mengubah naskah hikayat ke dalam bentuk cerpen.
15
15
S
u
m
b
e
r
:
w
w
w
.
i
m
a
g
e
s
.
g
o
o
g
l
e
.
c
o
199
199
Pelajaran
Pelajaran
Alokasi waktu: 12 jam pelajaran
Peta
Peta
Konsep
Konsep
melalui
proses
melalui
proses
melalui
proses
melalui
proses
Membuat resensi
drama
Memerankan tokoh dalam
drama
Mentransformasikan
penggalan hikayat ke dalam
cerpen
• memahami perbedaan
hikayat dan cerpen
• menggubah naskah
• memahami karakter
tokoh
• mengetahui unsur
drama
• mengetahui unsur
resensi
• menulis resensi
drama
Kegiatan
Bersastra
terdiri atas
200
200
Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa
Apakah Anda termasuk orang yang gemar menonton drama,
Anda pasti memiliki penilaian terhdap tersebut. Ketika menuliskan
hasil penilaian Anda terhadap drama itu, saat itulah Anda membuat
resensi drama Setelah menonton atau membaca sebuah drama,
biasanya Anda akan memiliki pesan tersendiri terhadap cerita atau
tokoh-tokohnya. Selain itu, Anda dapat menilai novel tersebut
berdasarkan kekurangan dan kelebihannya. Menulis merupakan
kegiatan penting yang dilakukan karena dengan meresensi, Anda
dapat memberikan informasi kepada orang lain, baik tentang
isi, kelebihan, kekurangan, maupun hal menarik dari buku atau
pementasan drama.
Dalam meresensi sebuah pementasan drama, hal yang harus
Anda perhatikan adalah unsur-unsur yang membentuk pementasan
tersebut. Misalnya, dari segi intrinsik seperti alur, latar, tokoh, tema,
dan amanat, atau dari segi pementasan seperti tata lampu, tata rias,
tata kostum, dekorasi, dan lain-lain. Jika data mengenai hal-hal
yang diperlukan telah tersedia, selanjutnya adalah kegiatan menulis
resensi itu. Anda sebaiknya memaparkan pementasan tersebut
secara terperinci dan sistematis agar pembaca dapat memahami
dengan mudah.
Di bawah ini terdapat sebuah contoh resensi dari pementsan
drama "Mengapa Kau culik Anak Kami" karya Seno Gumira
Adjidarma.
Apa orang-orang itu tidak punya seorang
ibu yang setidak-tidaknya pernah memper-
kenalkan kasih sayang, kelembutan cinta.
Apa kamu pikir orang-orang itu dilahirkan
oleh seorang ibu?
Apa mereka lahir dari batu?
Mereka dilahirkan oleh rahim kekejaman.
Dialog di atas diucapkan tokoh Ibu dan
Bapak yang diperankan Niniek L Karim dan
Landung Simatupang dalam pementasan
(Mengapa Kau Culik Anak Kami?) Banyak
penonton berkaca-kaca matanya menyaksikan
pementasan drama sepanjang 75 menit itu,
yang selama itu pula suasana dicekam oleh
kepiawaian akting dua aktor andal itu, yang satu
dari Jakarta dan satu lagi dari Yogyakarta.
Drama ini dipentaskan di Graha Bhakti
Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta,
6-8 Agustus 2001, dan setelah ini akan digelar
di Societeit, Taman Budaya, Yogyakarta, 16-18
Agustus mendatang. Pertunjukan diproduksi
oleh Perkumpulan Seni Indonesia bekerja sama
dengan Kontras (Komisi untuk Orang Hilang
dan Korban Tindak Kekerasan).
Panggung diisi oleh garapan artistik dari
tokoh yang juga jarang muncul, yakni Chalid
Arifi n, lulusan Institut Des Hautes Etudes
Cinematographiques, Perancis. Suasananya
Membuat
Membuat
Resensi
Resensi
Drama
Drama
A
Anda diharapkan dapat:
• memahami unsur-
unsur yang terdapat
dalam resensi drama;
• mengaplikasikan
langkah-langkah
penulisan resensi
dengan memerhatikan
faktor-faktor
pementasan.
Tujuan Belajar
201
201
Apresiasi Sastra
menggauli penulisan naskah drama. Ia pernah
bergabung dengan Teater Alam, Yogyakarta,
pimpinan Azwar AN pada pertengahan 1970-
an. Ia pernah menggelar drama karyanya
berjudul Pertunjukan Segera Dimulai pada
1976. Belakangan, ia mementaskan Tumirah
Sang Mucikari (1998) yang diilhami oleh huru-
hara politik di Tanah Air.
Mengapa Kau Culik Anak Kami? sendiri,
dari segi naskah dan strategi pementasan,
boleh jadi oleh penulis dan sutradaranya
tidak langsung diparadigmakan dalam gagasan-
gagasan yang mendasari peleburan batas
kesenian dan kehidupan seperti diwacanakan
oleh seni kontemporer. Suasana penantian,
misalnya, mungkin masih seperti mengacu
pada (modernisme) Becket, taruhlah dalam
Waiting for Godot.
Namun, para pendukung, katakanlah
Niniek, Simatupang, serta tak ketinggalan
penata musik Tony Prabowo, dengan
kematangannya telah menjembatani apa yang
bisa dicapai naskah tersebut dengan publiknya.
Ini masih didukung adegan sekilas yang menjadi
penting, ketika Nezar Patria tiba-tiba muncul
di panggung beberapa detik. Sementara
saksofon yang melengkingkan blues oleh Budi
Winarto yang menandai pergantian babak,
setiap saat menggarisbawahi, betapa pahit dan
mengenaskan sebetulnya hidup di republik ini.
Itulah yang membuat hati banyak orang
teriris dan sebagian menjadi sembab matanya
ketika keluar dari gedung pertunjukan.
Di panggung, Niniek berujar, (Sudah
setahun lebih. Setiap malam aku berdoa
mengharapkan keselamatan Satria, hidup atau
mati. Aku hanya ingin kejelasan). Sementara
Simatupang berdiri, maju ke ujung panggung
dan bermonolog, (Mengapa kau culik anak
kami? Apa bisa pertanyaan ini dijawab oleh
seseorang yang merasa memberi perintah
menculiknya?)
Sumber
:
http://sukab.wordpress.com
serba minimalis, sampai ke tata lampu maupun
garapan musik oleh Tony Prabowo yang
dimainkan oleh Budi Winarto dengan saksofon
soprannya.
Drama yang diilhami oleh peristiwa
penculikan aktivis di era Orde Baru-Soeharto
ini berwujud obrolan antara tokoh suami dan
istri yang anaknya diculik dan belum kembali.
Obrolan terjadi menjelang tengah malam.
Bapak mengenakan sarung dan berkaus oblong,
sedangkan Ibu bergaun panjang.
Kalau dilihat secara sederhana, obrolan
terbagi dua fase: fase pertama menyangkut
tindak kekejaman secara umum yang dilakukan
oleh tentara, fase kedua memfokuskan pada
kehidupan Ibu-Bapak itu, yang anaknya, Satria
(diperankan oleh korban penculikan yang
sebenarnya, aktivis Solidaritas Mahasiswa
Indonesia untuk Demokrasi, Nezar Patria)
hilang diculik penguasa.
Dalam setting itu sekaligus setting politik
sekarang yang cenderung ingin melupakan
korban-korban penculikan yang sampai kini
tak ketahuan rimbanya, drama ini serentak
menemukan relevansi sosialnya. Dengan
langsung menunjuk peristiwa-peristiwa
kekerasan yang pernah terjadi di Indonesia
termasuk pada tahun 1965, drama ini sendiri
lalu seperti berada di wilayah (kesenian
kontemporer)dengan sifat khasnya: meleburnya
batas antara kesenian dan kehidupan nyata,
antara ruang pribadi dan ruang publik; dan
seterusnya.
Apa yang dialami si Ibu-Bapak Niniek dan
Simatupang, adalah juga pengalaman sehari-hari
sekian orangtua yang kehilangan anak-anaknya,
anak yang kehilangan bapaknya, diculik oleh
genderuwo penguasa politik.
***
"Ini hanya sebuah kopi dramatik dari
peristiwa yang sebenarnya" kata Seno Gumira.
Seno sendiri yang lebih dikenal khalayak
sebagai penulis cerpen sebenarnya juga pernah
202
202
Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa
Membaca naskah drama merupakan jenis kegiatan yang
apresiatif. Pada Pelajaran ini, kamu akan belajar memerankan
drama. Sebelum memerankan drama, sebaiknya perhatikan hal-
hal berikut.
1. Membaca umum; yaitu membacakan dialog- dialog secara
bergantian mulai dari awal sampai akhir cerita. Dalam mem
baca
ini tidak berdasarkan dialog- dialog yang akan diucap kan para
pemain pada pelaksanaan pementasan, tetapi semua dialog pemain
lain pun dibacakan secara bergantian. Lebih baik posisi duduknya
para pemain membentuk lingkaran sehingga dialog- dialog itu
dibacakan searah jarum jam secara bergantian. Manfaat latihan
tahap ini, agar setiap pemain mengetahui semua dialog- dialog
lawan bermainnya dan juga lebih memperdalam ber intonasi,
mengatur cepat lambatnya suara, dan memantap
kan pengetahuan
jalannya cerita.
2. Membaca terpusat; pada dasarnya latihan membaca
terpusat ini sama dengan latihan membaca umum, tetapi tahap
ini cara membacakan dialognya ber dasar kan dialog yang akan
diperankannya kelak oleh setiap pemain. Latihan ini bermanfaat
untuk melancarkan per cakapan antarpemain, melatih mimik atau
ekspresi wajah, dan meningkatkan penguasaan jalan cerita secara
me nyeluruh.
3. Berlatih akting dan bloking; latihan tahap ini maksudnya
berlatih akting dan bloking yang dituntut atau yang sesuai dengan
1. Saksikanlah sebuah pementasan drama.
2. Buatlah resensi dari pementasan drama tersebut.
3. Perhatikan unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah resensi.
4. Diskusikanlah hasil kerja Anda bersama teman-teman Anda.
5. Serahkan hasilnya kepada guru Anda.
Latihan
Latihan
Pemahaman
Pemahaman
Memerankan Tokoh dalam
Memerankan Tokoh dalam
Drama
Drama
B
Anda diharapkan dapat:
• memahami hal-
hal yang berkaitan
dengan pemeranan
tokoh dalam drama;
• mengetahui unsur-
unsur yang ada dalam
penggalan drama.
Tujuan Belajar
203
203
Apresiasi Sastra
teks drama yang akan kamu pentaskan. Dalam latihan ini, sutradara
sudah mempunyai gambaran, bagai mana akting dan bloking yang
harus dilakukan para pemain dalam pementasan nanti. Bukan
semuanya bergantung pada sutradara, para pemain pun harus tahu
bagaimana teknik muncul yang baik, bagaimana mimik dan gerak
yakin sesuai dengan tuntutan naskah, bagaimana menonjolkan
perasaan dan pikiran dalam dialog- dialog yang kamu ucapkan.
Setiap gerak, isyarat, dan mimik harus mempunyai arti dan men-
dukung setiap dialog- dialog yang Anda ucapkan. Di samping
gerak dan ekspresi, Anda pun harus memerhatikan di posisi mana
Anda harus pindah dari posisi ke posisi lainnya. Perpindahan ini
pun harus luwes sehingga penonton dapat menangkap jalan cerita
dengan logis. Pendek kata, jangan sampai ada permainan atau
gerak yang mati.
4. Observasi; latihan-latihan tersebut akan lebih baik jika di-
landasi dengan penghayatan yang dalam. Bagaimana latihannya?
Yaitu Anda berobservasi atau mengamati peristiwa-peristiwa atau
kebiasaan-kebiasaan di lingkungan sehari-hari. Apabila Anda akan
memerankan seorang pengemis, Anda harus tahu gerak, sifat, dan
kebiasaan pengemis itu. Gerakan-gerakan itu Anda tiru secara
persis sesuai dengan pengemis itu sendiri. Dalam latihan serta
pelaksanaan simulasi nanti, sukma pengemis itu harus dihadirkan
dalam suasana Anda sebagai pengemis dalam peran lakon
tersebut. Namun, tetap sesuai dengan asas pengendalian dalam
akting, Anda harus sadar bahwa semua itu hanya suatu permainan
belaka. Kebiasaan-kebiasaan pun harus Anda latih dengan baik,
seperti mem bisakan peng gunaan alat-alat yang akan digunakan
dalam pementas an nanti atau disebut juga hand prop. Misalnya
memainkan rokok, kaca mata, tas, dan tongkat. Tujuan semua ini
agar Anda tidak kaku lagi dalam menggunakan alat-alat tersebut
dalam pementasan nanti, sehingga gerakan-gerakan Anda wajar
tidak seperti dibuat-buat.
5. Uji coba; setelah Anda berlatih secara intensif, saatnya
hasil latihan itu diujicobakan dengan memerhatikan hal-hal
berikut:
a. semua pemain sudah hafal teks di luar kepala;
b. akting dan bloking yang dituntut dalam simulasi itu
sudah dikuasai oleh semua pemain;
c. alat-alat yang diperlukan sudah siap untuk dipakai
dalam uji coba termasuk kostum.
Pada akhirnya, tujuan drama dapat dicapai yaitu agar
penikmat/pengapresiasi dapat menangkap makna dari drama yang
dibawakan. Selain itu, bagi para pemain dapat lebih mengasah
Seorang pemain harus benar-benar
menghayati perannya
.
Gambar 15.1
Gambar 15.1
Sumber
:
www.maranatha.ude
204
204
Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa
kemampuan Anda atas isi drama.
Mahkamah
Karya Asrul
Dalam ruangan ini tidak ada perbedaan
antara malam dan siang. Biarpun di kamar
tidur Bahri hari sudah malam, kualitas cahaya
dalam ruang mahkamah tetap sama. Murni
datang diantarkan seorang petugas pengadilan.
Ia berhenti sebentar untuk memandang wajah
suaminya.
Pembela
Nyonya Murni, silakan duduk
Bahri melihat Murni. Ia berdiri.
Murni .... sayang!
Mendengar kata "sayang" itu Murni
memalingkan muka lalu duduk tertunduk.
Pembela mendekati Murni, lalu berkata.
Pembela
Nyonya ada sedikit pengakuan yang
mungkin didengarkan oleh Majelis Hakim yang
mulia. Kami mengetahui, bahwa dulu Nyonya
adalah kekasih Kapten Anwar. Tapi orang yang
men
cintai Nyonya bukan dia satu-satunya.
Ada lagi, yang lain, yaitu Mayor Bahri, suami
Nyonya yang sekarang juga mencintai Nyonya.
Kemudian, Kapten Anwar dijatuhi hukuman
mati oleh pengadilan medan perang. Yang
menjadi ketua pengadilan itu adalah Mayor
Bahri, suami Nyonya. Saya ingin mengajukan
beberapa pertanyaan. Harap Nyonya jawab
dengan jujur dan tujukan kepada Majelis
Hakim .....
Murni mengangguk.
Pembela
Sudah berapa tahun nyonya berumah
tangga dengan Saudara Bahri?
Murni
Lebih dari tiga puluh tahun.
Pembela
Waktu yang cukup panjang untuk
mengenali pribadi seseorang. Berdasarkan
pengetahuan Nyonya, apakah mungkin
Saudara Bahri men jatuhkan hukuman pada
sahabat karibnya Anwar dengan maksud
membunuhnya supaya dapat me
ngawini
Nyonya? Tolong Nyonya jawab dengan sejujur-
jujurnya. Cobalah Nyonya renungkan.
Murni
Saya tidak perlu merenungkannya. Saya
kenal sifat suami saya. Suami saya seorang
pejuang, seorang prajurit yang setia. Tidak, dia
bukan pembunuh.
Pembela
Tolong sampaikan dengan lebih jelas pada
Majelis Hakim.
Murni
Suami saya tidak membunuh Anwar
karena ingin kawin dengan saya.
Pembela
Terima kasih, Nyonya. Untuk sementara
sekian dulu yang mulia.
Hakim Ketua
Saudara Penuntut Umum, giliran Saudara.
Penuntut Umum
Nyonya Murni, apakah Nyonya seorang
yang dapat dipercaya? Ataukah Nyonya berkata
begitu hanya sekadar mimpi memamerkan
kesetiaan pada suami yang sebetulnya sama
sekali tidak Nyonya miliki.
Pembela
Yang mulia, saya keberatan terhadap
ucapan Saudara Penuntut Umum. Di sini yang
diadili adalah Saudara Bahri bukan Nyonya
Murni.
Penuntut Umum
Maaf, yang mulia. Saudara Pembela terlalu
terburu nafsu. Saya belum selesai bicara. Saya
tidak mengadili. Saya hanya membuat suatu
kesimpulan.
205
205
Apresiasi Sastra
Drama Mahkamah menampilkan sebuah suasana pengadilan.
Dengan demikian, tokoh-tokohnya pun sesuai dengan mereka yang
terbiasa berada di pengadilan, yaitu Hakim Ketua, Penuntut Umum,
Pembela, Saksi, Terdakwa, serta Hadirin Peserta Sidang. Di antara
tokoh- tokoh tersebut yang diketahui namanya, yaitu Murni sebagai
saksi, Bahri sebagai tertuduh, dan Anwar sebagai korban.
Berdasarkan uraian penokohan, tokoh Murni merupakan
tokoh penting (mayor) atau tokoh utama. Keberada an tokoh
Murni menentukan arah gerak cerita, termasuk yang menyebab-
kan terjadinya konfl
ik. Karena itu pula tokoh Murni juga berperan
sebagai tokoh protagonis. Kamu sebagai pembaca seolah-olah turut
memikirkan masalahnya dan me ngalami perasaannya.
Tokoh Pembela dapat disebut tokoh kepercayaan karena
menjadi kepercayaan protagonis dan turut mengungkapkan isi
hatinya. Tokoh Penuntut Umum dapat disebut tokoh antagonis
karena merupakan penghalang bagi tokoh Murni dan berkonfl
ik
dengan tokoh Pembela.
Tokoh Hakim Ketua, tokoh Bahri, dan tokoh Anwar merupa kan
tokoh- tokoh pembantu (minor) karena keberadaan mereka turut
membantu menghadirkan cerita.
Tokoh Murni memiliki karakter pendiam, tertutup, dan jujur.
Ketertutupan tokoh Murni menimbulkan curiga tokoh Penuntut
Umum sehingga konfl
ik mulai muncul. Konfl ik semakin meningkat
ketika tokoh Pembela tampil membela tokoh Murni, bahkan kedua
tokoh inilah yang membawa konfl ik pada klimaksnya.
Konfl
ik berarti ketegangan-ketegangan yang terjadi di akibat kan
perbedaan karakter keduanya. Tokoh Pembela ber karakter cerdas
dan berempati, sedangkan tokoh Penuntut Umum berkarakter
Hakim Ketua
Teruskan Saudara Penuntut Umum.
Penuntut Umum
Setelah Saudara meninggal–berapa lama
kemu
dian Nyonya menikah dengan Saudara
Bahri?
Murni diam sebentar.
Penuntut Umum
(mendesak)
Ayolah, Nyonya Murni. Menurut
keterangan yang kami peroleh, Nyonya sangat
cinta pada Saudara Anwar. Apa betul?
Murni mengangguk.
Penuntut Umum
Begitu cinta padanya, hingga lamaran
Saudara Bahri yang pangkatnya lebih tinggi dari
Saudara Anwar, Nyonya tolak. Saya tidak tahu
pasti biarpun kepastian ini tidak penting dalam
bermesraan dengan Saudara Anwar tidak akan
begitu aneh jika Nyonya dan Saudara Anwar
bersimpati untuk sehidup-semati itu biasa.
Memang begitu biasanya anak-anak muda yang
sedang bercinta. Lalu dia meninggal. Berapa
bulan kemudian Nyonya menikah dengan
Saudara Bahri?
Murni
(hampir-hampir tidak terdengar)
Dua bulan ....
Sumber
: Naskah drama
Mahkamah
, 1984
206
206
Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa
1. Perankanlah penggalan naskah drama berikut
Sepasang
Merpati
Tua
karya Bakdi Soemanto
Latihan
Latihan
Pemahaman
Pemahaman
cerdas, sinis, dan dingin. Karakter tokoh Hakim Ketua yang tegas
dan berwibawa menyebabkan konfl
ik menurun.
Konfl
ik di dalam cerita berakhir dengan dibacakannya surat
Bahri. Isi surat itulah yang mengungkapkan karakter Bahri yang
sebenarnya, yaitu jujur, tulus, dan berjiwa pahlawan.
Tokoh Anwar tidak banyak diketahui karena ia berada di
luar cerita. Gerak-gerik tokoh Anwar muncul di pemaparan
tokoh Murni tentang dirinya. Namun, ia berperan penting dalam
membangun cerita.
Latar digambarkan oleh penulis sebagai "sebuah ruangan
yang tidak ada perbedaan antara malam dan siang". Artinya,
ruangan tersebut merupakan ruangan tertutup dan diperuntuk-
kan acara yang sangat formal dan serius, sebagaimana halnya
sebuah ruang pengadilan. Anda perhatikan bahwa di dalam cerita
tersebut sama sekali tidak adegan atau percakapan yang bisa
menimbulkan senyum atau tawa.
Karakter tokoh dapat diperlihatkan dengan penampilannya.
Tokoh Murni ditampilkan dengan wajah cantik, murung, dan
pakaian yang feminim sesuai dengan zamannya. Tokoh Bahri
berpakaian lusuh. Tokoh Pembela dan Penuntut Umum ber-
pakaian rapi dan berdasi. Tokoh Hakim Ketua berpakaian se-
macam jubah hitam sebagaimana yang biasa dikenakan para
hakim pengadilan. Tokoh Hadirin dapat ditampilkan secara
bermacam-macam karena tidak memegang peran penting dalam
cerita.
Para Pelaku:
1. Nenek
2. Kakek
Waktu drama ini dimulai. Nenek duduk
sambil menyulam. Sebentar-sebentar ia
menengok ke belakang, kalau-kalau suaminya
datang. Saat itu hari menjelang malam.
01. Nenek : (Bicara sendiri) Ah, dasar! Kayak
nggak pernah ingat sudah pikun.
Pekerjaannya tak ada lain cuman
bersolek. Dikiranya masih ada
gadis-gadis yang suka mandang.
Hmmmm. (Mengambil cangkir,
lalu diminum)
Panggung menggambarkan sebuah ruang
tengah rumah sepasang orang tua.
Di sebelah
kiri ada meja makan kecil dengan dua buah kursi.
Di atas meja ada teko, sepasang cangkir, dan
staples berisi penganan. Agak di tengah ruangan
itu terdapat sofa, lusuh warna gairahnya. Di
belakang terdapat pintu dan jendela.
207
207
Apresiasi Sastra
02. Kakek : (Masuk) Bagaimana kalau aku
pakai kopiah seperti ini, B.u?
03. Nenek : Astaga! Tuan rumah mau pesiar
ke mana menjelang malam
begini?
04. Kakek : Tidak ke mana-mana. Cuman
duduk-duduk saja, sambil
membaca koran.
05. Nenek : Mengapa me
mbaca koran mesti
pakai kopiah segala?
06. Kakek : Agar komplet, Bu.
07. Nenek : Yaaaaah. Waktu dulu kau jadi
juru tulis, empat puluh tahun
lampau... hebat sekali, memang.
Tapi sekarang, kopiah hanya
bernilai tambah penghangat
belaka.
(Berjalan menuju ke meja, mengambil
k
oran, lalu pergi ke sofa, membuka
lembarannya)
08. Kakek : Mengapa tidak duduk di sini?
09.
Nenek : Sebentar.
10. Kakek : Ada berita rahasia?
11. Nenek : Rahasia?
12. Kakek : Habis kaubaca koran kenapa
nyendiri?
13. Nenek : Malu.
14. Kakek : Malu? Kau aneh. Malu pada
siapa?
15. Nenek :
Dilihat orang banyak tuuuuh.
(Menunjuk penonton). Sudah
tua kenapa pacaran terus....
(Berdiri, menghampiri Kakek, lalu duduk
di sebelahn
ya, lalu menyandarkan kepalanya
ke bahu Kakek sebelah kiri)
16. Kakek : Gila. Malah demonstrasi.
17.
Nenek : Sekali waktu memang perlu.
18. Kakek : Ya, tapi kan bukan untuk saat
ini?
19. Nenek : Kukira justru!
20. Kakek : Duilah, apa-apaan ini.
21. Nenek :
Agar orang tetap tahu, aku
milikmu.
22. Kakek : Siapa mengira kita sudah
cerai?
23. Nenek : Ah,
wanita. Bagaimanapun
sudah- tua, aku tetap wanita.
(Berdiri, pergi ke kursi,
dan duduk) Dunia wanita
yang hidup dalam angan-angan,
takut kehilangan, tapi menuntut
k
enyataan-kenyataan.
24. Kakek : Bagus!
25. Nenek : Apa maksudmu?
26. Kakek : Tindakan terpuji, itu namanya.
27. Nenek : He, apa sih maksudmu, Pak?
28. Kakek : Mengaku dosa di depan orang
banyak!
29. Nenek : Hu, hu, hu. (Menangis)
30. Kakek : He, ada apa kau, Bu? Ada apa?
Digigit nyamuk rupanya?
31. Nenek : Kau memperolok-olok aku di
depan orang banyak begini. Siapa
aku ini? Istrimu bukan?
32. Kakek : Kalau aku dapat malu, kan kau juga
ikut dapat malu toh. Hu, hu, hu, hu,
hu, hu,...
33. Nenek :
Bukan maksudku memperolok-
olok kau, Bu.
34. Kakek : Aku justru memuji tindakanmu
yang berani.
35. Nenek : (Tiba-tiba berhenti menangis)
Berani? Aku pemberani?
36. Kakek : Ya. Kau pantas disejajarkan dengan
Ibu Kita Kartini.
37. Nenek : Bu Tin?
38. Kakek : Bukan, bukan Bu Tin, Ibu Kita
Kartini.
39. Nenek : Tetapi, kan Ibu Kita Kartini juga
bisa kita sebut Bu Tin, kan. Apa
salahnya.
40. Kakek : Hus, diam! Ingat ini di depan
orang banyak. Maka jangan main
sembrono dengan sebutan-sebutan
yang multi-interpretable....
41. Nenek : Ah, lagak profesormu kumat lagi,
Pak?
42. Kakek : Yaaaaah, aku dulu memang punya
cita-cita jadi profesor.
43. Nenek : Dan kandas.
44. Kakek : Belum. O, malah sudah berhasil,
cuma tunggu pengakuan.
45. Nenek : S i a p a y a n g
akan mengakui
keprofesoranmu? Kau tidak ngajar
di perguruan tinggi mana pun di
dunia ini.
46. Kakek : Secara formal memang tidak.
Secara material iya.
208
208
Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa
Sebelumnya, ada beberapa hal yang kiranya perlu diper
hatikan dalam mentransformasikan hikayat ke dalam cerpen. Hal-
hal itu adalah sebagai berikut.
1. Carilah arti kata-kata yang dianggap sulit dalam hikayat
dengan mencari artinya di Andas.
2.
Alur datar dalam hikayat dapat diubah menjadi alur maju
atau mundur dalam cerpen.
3. Sudut pandang dalam hikayat yang merujuk orang ke-3
dapat diubah ke dalam cerpen menjadi sudut pandang
orang pertama.
4. Gaya bahasa kuno (kaku) dalam hikayat dengan istilah
atau kata-kata yang sulit dapat diubah menjadi kalimat
sederhana (mudah dipahami) dengan gaya bahasa lebih
modern.
Sebagaimana cerpen yang telah Anda pelajari, hikayat juga
memiliki unsur intrinsik. Namun, karena bahasa yang digunakan
dalam hikayat sulit dipahami dan biasanya berupa narasi/paparan,
kita menjadi bosan membacanya.
Hikayat adalah cerita tentang
sebuah kerajaan atau tempat tinggal para dewa. Hikayat biasanya
disampaikan secara lisan. Umumnya isi hikayat sangat panjang.
Hikayat dapat ditrans formasi kan atau diubah bentuknya menjadi
cerita pendek dengan memunculkan konfl
ik tertentu sehingga
cerita nya lebih hidup dan menarik.
Untuk dapat mentransformasikan penggalan hikayat ke
dalam cerita pendek, Anda harus menggunakan unsur-unsur
cerpen, seperti alur, tokoh, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa.
Anda dapat menggunakan teknik mengarang cerpen yang sudah
dipelajari di Pelajaran 11 bagian D.
Mentransformasikan Penggalan
Mentransformasikan Penggalan
Hikayat ke Dalam
Hikayat ke Dalam
Cerpen
Cerpen
C
Anda diharapkan dapat:
• memahami perbedaan
unsur hikayat dan
cerpen;
• melakukan
penggubahan naskah
hikayat ke dalam
cerpen dengan
langkah-langkah
tertentu.
Tujuan Belajar
47. Nenek : Hah, bagaimana itu mungkin?
4
8. Kakek : Kaulihat, banyak mahasiswa
yang datang kemari, bukan?
Tidak hanya itu, malahan para
guru besar pada datang kemari.
Mereka ngajak diskusi aku, segala
macam soal. Dari soal-soal tata
pemerintahan sampai bagaimana
mengatasi kesepian.
Sumber:
Naskah Drama Remaja
, 1980
209
209
Apresiasi Sastra
Isma Yatim
Hikayat ini menceritakan seorang mentri
dari Benua Keling, bernama Megat Nira yang
pindah ke negeri Masulipatam karena kalah
main catur. Megat Nira tahu bahwa istrinya
akan me lahirkan anak yang arif bijaksana.
Ternyata hal itu benar, anak tersebut bernama
dan ber khidmat di istana sehingga kemudian ia
menjadi biduanda.
Ketika seorang nakhoda singgah di negeri
itu, Isma Yatim menerangkan berbagai perkara,
antara lain syarat orang dagang. Nakhoda
itu memberi hadiah peti kepada Isma Yatim.
Dari dalam peti itu keluar seorang putri yang
sangat cantik. Putri itu diserahkan kepada
baginda. Pangkat Isma naik menjadi panglima
perang. Setelah ia berhasil mengalah
kan
musuh, pangkatnya naik menjadi perdana
menteri. Sementara itu, Permaisuri menuduh
Putri Nila Gendi hendak meracuni raja. Isma
Yatim diperintah membunuh Putri Nila Gendi.
Isma Yatim menyembunyikan
nya. Ketika raja
menyesal, Isma Yatim lalu membuka rahasia ini.
Putri Nila Gendi dan anaknya, Dewi Rum, lalu
dijemput untuk pulang ke istana. Raja mangkat,
Dewi Rum menjadi raja, bergelar Mangindra
Sri Bulan. Isma
Yatim ikut memelihara tuan
putri. Tuan Putri akhirnya kawin dengan Indra,
mempelai, anak raja Syahdan Mangindra.
Sumber:
Perintis Sastera
, 1951
dengan pengubahan
Hal yang patut diingat bahwa kemenarikan sebuah cerpen
adalah dimunculkannya konfl
ik tertentu. Konfl
ik akan memancing
atau malah membawa pembaca untuk terus menikmati isi
cerpen.
Nah, sekarang bacalah penggalan hikayat di bawah dengan
cermat.
Berikut contoh tranformasi hikayat tersebut menjadi cerpen.
Seorang mentri muda dari Benua Keling,
ber
nama Megat Nira pindah ke negeri Masulipatam
karena kalah main catur.
Di tengah kepindahan itu, Megat Nira gun-
dah karena istrinya akan melahirkan anak.
"Anak kita ini kelak akan menjadi anak yang
bijak," istriku.
"Ya, Kakanda. Anak kita ini akan diberi nama
Isma Yatim."
Anak itu dididik mengaji kepada seorang
mualim, Sufi an.
"Anak ini sangat pandai," kata sang ulama.
Memang Isma Yatim sangat pandai me-
ngarang hikayat.
Hikayat itu akan diserahkan
kepada raja. Karena kepandaiannya itu, Isma
Yatim diangkat menjadi penasihat kerajaan.
"Saudara, saudaraku, dalam perniagaan di
manapun, berlakulah jujur," saran Isma Yatim
Isma Yatim
di hadap an para saudagar dan para nahkoda
kapal.
Karena nasihat itu, para nakhoda meng-
hadiahi Isma Yatim seorang putri yang cantik.
Kerajaan mengangkat Isma Yatim men-
jadi panglima perang. Banyak musuh kerajaan
dilumpuhkannya.
Suatu hari, permaisuri menuduh Putri
Nila Gendi akan meracun raja. Isma Yatim
disuruh membinasakan Putri Nila Gendi. Isma
Yatim menyembunyikannya.
Akhirnya, rahasia itu Isma Yatim beberkan.
Raja menyesal. Bahkan sampai meninggal dunia.
Anaknya Dewi Rum menggantikan kedudukan
ayahnya, sedangkan Isma Yatim tetap menjaga
dan setia pada kerajaan dan keluarganya.
210
210
Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa
1. Bacalah hikayat berikut dengan baik.
2. Amatilah hal-hal yang berhubungan dengan konfl
ik, perwatakan, latar, dan amanat
yang terkandung di dalamnya. Kemudian buatlah cerpen berdasarkan hikayat tersebut.
Hikayat Nabi Sulaeman
Nabi Sulaeman adalah anak Nabi Daud
seorang raja besar dan seorang nabi. Dia yang
mempunyai Gudang Intan. Tentang kisah nabi
Sulaeman anak nabi Daud itu terdapat dalam
Injil dan dalam Alquran.
Menurut penulis sejarah bangsa Arab, ada
empat orang maharaja yang dianggap sebagai
penakluk dunia. Dua di antaranya termasuk
orang yang tiada beriman kepada Allah, yaitu
Namruj dan Bakhtunasar. Dan yang dua orang
lagi termasuk orang yang beriman, yaitu
Iskandar Zulkarnaen dan Nabi Sulaeman.
Yang tersebut kemudian ini Nabi Sulaeman,
seorang raja yang bijaksana dan se orang nabi
yang mendapat hikmat dan pe tunjuk dari
Tuhan. Nabi Sulaeman tidak saja memerintah
manusia, tetapi memerintah jin dan baginda
dapat pula me nguasai angin dan mengerti pem-
bicaraan bahasa yang diucapkan oleh hewan
dan burung-burung. Soal-soal yang sulit dan
perkara-perkara yang ganjil ia dapat menye-
lesaikan
nya. Nabi Sulaeman terkenal dengan
kecerdikannya dan keadilannya; ilmunya sangat
luas. Waktu mudanya yaitu ketika bapaknya
menjadi raja, acapkali ia menolong bapaknya
dalam soal-soal atau perkara-perkara yang sulit.
Ketika Nabi Daud meninggal maka Sulaeman-
lah yang dipilih sebagai penggantinya di antara
anak-anak Nabi Daud yang banyak itu.
Dalam Alquran diceritakan tentang kisah
Nabi Sulaeman. Pada suatu kali, ia sampai
ke suatu padang yang penuh dengan sarang
semut, surat An Nahl ayat 18, raja semut itu
berkata kepada rakyatnya, "Hai sekalian semut,
masuk
lah kamu ke dalam sarangmu! Nabi
Sulaeman akan datang dengan tentaranya, nanti
kamu terinjak oleh tentaranya yang banyak
itu". Dalam ayat sebelumnya diterangkan pula
bahwa yang menjadi tentaranya itu bukan saja
manusia, tetapi juga hewan, burung, dan bangsa
jin. Sehubungan dengan riwayat Nabi Sulaeman
itu ada juga seorang raja perempuan, putri
Bilkis raja kerajaan Saba (Yaman) yang semula
putri Bilkis itu tiada mau tunduk kepada Nabi
Sulaeman. Pada suatu hari Nabi Sulaeman
mengirim surat kepada putri itu. Ia meminta
supaya putri datang ke Siria (Palestina). Yang
membawa surat itu bangsa jin. Pada mulanya
raja perempuan itu tidak mau tunduk
kepadanya, tetapi setelah dilihatnya Nabi
Sulaeman mempunyai kelebihan dan mukjizat,
barulah ia tunduk. Putri Bilkis mempunyai se-
buah sing gasana yang sangat dibanggakannya.
Waktu putri itu sampai ke Palestina untuk
menemui undangan Nabi Sulaeman ternyata
singgasananya telah ada di istana Nabi Sulaeman.
Nabi Sulaeman bertanya kepada putri itu,
"Inikah singgasanamu itu?" Bilkis mengaku
bahwa itulah singasananya. Melihat kebesaran
dan mukjizat Nabi Sulaeman itu, Bilkis harus
meng
akui kelebihan Nabi Sulaeman dan ke-
kuasannya.
Dalam hikayatnya diceritakan, karena
kekayaan dan kekuasaannya itu Sulaeman
pernah lupa akan Tuhan dan karena itu ia
pernah menerima hukuman dari Tuhan. Nabi
Sulaeman mempunyai sebuah cincin sebagai
alat kebesaran kerajaannya. Pada suatu hari,
Agar Anda dapat lebih memahami, kerjakan latihan berikut ini.
Latihan
Latihan
Pemahaman
Pemahaman
211
211
Apresiasi Sastra
1. Apa isi cerita Hikayat Nabi Sulaeman tersebut?
2. Ubahlah hikayat tersebut menjadi cerita pendek berdasarkan
langkah-langkah yang Anda pelajari sebelumnya.
cincin itu dicuri oleh jin, lalu jin itulah yang
berkuasa dalam istananya. Nabi Sulaeman
terusir dari istananya, 40 hari ia hidup sebagai
kelana (musafi r). Menurut cerita, Sulaeman
berbuat itu karena Sulaeman terpedaya oleh
salah se orang istrinya yang masih menyembah
berhala, yaitu Putri Sidin.
Kemudian, cincin Nabi Sulaeman itu di-
temukan kembali dari perut ikan sebab cincin
itu oleh jin dijatuhkan ke dalam laut, lalu ditelan
oleh ikan.
Sumber
:
Perintis Sastera
, 1951
dengan pengubahan
Sumber:
www.wikipedia.org
Asrul Sani
(lahir di Rao, Sumatra Barat,
10 Juni 1926, meninggal di Jakarta, 11 Januari
2004) adalah seorang sastrawan dan sutradara
fi lm asal Indonesia. Menyelesaikan studi
di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Indonesia (1955). Pernah mengikuti seminar
internasional mengenai kebudayaan di Uni-
versitas Harvard (1954), memperdalam
pengetahuan tentang dramaturgi dan sine-
matografi
di Universitas California Selatan,
Los Angeles, Amerika Serikat (1956), kemudian membantu Sticusa
di Amsterdam (1957-1958).
Bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin, ia mendirikan
"Gelanggang Seniman" (1946) dan secara bersama-sama pula
menjadi redaktur "Gelanggang" dalam warta sepekan Siasat. Selain
itu, Asrul pun pernah menjadi redaktur majalah
Pujangga Baru
,
Gema Suasana
(kemudian Gema),
Gelanggang
(1966-1967), dan
terakhir sebagai pemimpin umum Citra Film (1981-1982).
Asrul pernah menjadi Direktur Akademi Teater Nasional
Indonesia, Ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia
(Lesbumi), anggota Badan Sensor Film, Ketua Dewan Kesenian
Jakarta, anggota Dewan Film Indonesia, dan anggota Akademi
Jakarta (seumur hidup).
Mengenal
Mengenal
Ahli Sastra
Ahli Sastra
212
212
Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa
Setelah Anda mengikuti Pelajaran 15 ini, Anda dapat
membuat resensi dari pementasan yang Anda saksikan.
Dengan begitu, Anda dapat menyampaikan isi pementasan
tersebut kepada teman-teman Anda. Selain itu, Anda pun dapat
bermain drama karena telah berlatih memerankan tokoh drama
pada pelajaran ini. Anda pun kini lebih memahami perbedaan
antara hikayat dan cerpen. Dengan demikian, Anda dapat lebih
mengapresiasi hikayat dan cerpen.
Refl
eksi
Refl
eksi
Pelajaran 15
Pelajaran 15
•
Hal-hal yang harus ditulis dalam resensi drama adalah
unsur-unsur drama dan kegiatan pementasan tersebut.
•
Dalam kegiatan bermain drama, ada banyak pihak yang
terlibat. Misalnya pemeran, penata rias, penata kostum,
penata dekorasi, pengatur adegan, dan sebagainya. Agar
pementasan drama berjalan dengan baik, orang-orang
yang terlibat di dalamnya harus bekerja sama dengan
baik.
• Hikayat dapat ditransformasikan ke dalam bentuk cerpen,
sehingga ceritanya lebih hidup dan menarik.
Intisari
Intisari
Pelajaran 15
Pelajaran 15
213
213
Apresiasi Sastra
Adegan II
Dua hari kemudian
(
Osman masuk dengan wajah yang sedih
)
Osman : As
taga, apa yang telah ku-
perbuat? Aku telah menghabis-
kan
seluruh isi kantongku.
Syarif pasti masih punya sisa
uang lebih. Buktinya ia tidak
minta uang lagi padaku. Apa
yang bisa kulakukan sekarang
(
Ia berjalan mondar-mandir
). Ya,
uang itu masih tersembunyi
di sana dan apa bila aku harus
me
minta ke pada Syarif untuk
mengam
bil bersama-sama,
hanya boleh meng ambil tidak
lebih dari Rp100.000,00, tapi
siapa yang akan mengetahuinya
jika aku mengambil uang itu
tanpa me ngatakan ke
pada-
nya. Aku bisa meminta tolong
Ja’far untuk mem bantuku (
ia
keluar
).
(
Syarif masuk
)
Syarif
: Aku heran, aku tidak melihat
Abang seharian ini. Sudah tak
sepeser pun uang di kantongku.
Aku memerlu kan uang lagi. Ah
itu dia. Tampaknya gembira
amat dia.
(
Masuk Osman
)
Osman :
Hai Syarif. Betul-betul
lama kau tak datang-datang
padaku. Apakah kau sudah
tak memerlu kan uang lagi?
Aku masih ada sisa sedikit,
tetapi apabila kau me
mer-
lukan tambahan aku akan
mengambil
nya bersama kau
masing-masing Rp100.000,00
dari guci itu.
(
Keduanya keluar beberapa saat lalu muncul lagi
berbincang-bincang
).
Osman :
Rif, Syarif. Celaka, Rif. Seseorang
telah mencuri guci kita, padahal
tak seorang pun tahu kecuali
kita ber dua. Apakah kau telah
me lakukan
nya pada saat aku
sedang tidak ada di tempat?
Syarif
: Ah, yang benar saja, aku kan
bukan maling!
Osman
: Betul, tapi siapa lagi, tak ada
se orang pun yang tahu tempat
per sem bunyi an ini.
Syarif :
Baiklah, ayo kita cari. Kita temui
Pak Haji Machmud untuk me-
lapor kan kejadian ini.
Osman
: Baik aku setuju.
(
Keduanya pergi ke luar. Lalu, kembali bersama Haji
Machmud. Kedua saudara itu bicaranya menggebu-
gebu kepada Pak Haji
)
Osman
: Pak Haji, di sini saya hadapkan
saudara
ku yang telah mencuri
sejumlah uang. Kami telah
me
nyembunyikan uang itu di
suatu tempat. Dia satu-satunya
orang yang mengetahui tempat
per sem bunyian itu.
Machmud :
Apakah kau pasti dengan
tuduh an
mu itu? Kita tidak bisa
berbuat apa-apa jika tuduhan
itu tidak disertai bukti, bahwa
Syarifl
ah yang mencuri uang itu.
Kau harus membuktikannya,
lalu baru
lah kita bisa meng-
hukum nya.
1. Saksikanlah sebuah pementasan drama. Kemudian buatlah
resensi dari pementasan tersebut.
2. Perankanlah tokoh penggalan drama berikut oleh beberapa
orang siswa. Sementara siswa lain menganalisis hal-hal yang
berkaitan dengan pemeranan tokoh dalam drama tersebut.
Latihan Pemahaman
Latihan Pemahaman
Pelajaran 15
Pelajaran 15
214
214
Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XI Program Bahasa
Tersebut pula perkataan anak raja yang
sembilan orang itu. Mereka juga bertanya-
tanya siapakah gerangan orang muda yang
memecah
kan perang mereka. Biar
pun begitu,
mereka mengambil keputusan akan menyerang
negeri Antah Barantah sekali lagi. Hatta terjadi
pula dan tiada kelihatan orang berperang
yang terlalu banyak itu. Maka pihak baginda
pun pecah peranglah, segala hulubalang dan
rakyat sekalian, semuanya lari masuk ke dalam
kota. Hanya baginda seorang saja yang tinggal
di medan perang. Setelah melihat hal yang
demikian, Indera Bangsawan pun menyerbukan
dirinya
ke dalam rakyat para anak raja itu
seraya menetak ke
kiri dan ke kanan, maka
pecah perang lah pihak anak-anak raja itu.
Indera Bangsawan meng
hantar baginda masuk
ke dalam kota dan kembali me ngejar anak-
anak raja itu. Anak-anak raja itu tidak dapat
bertahan dan menyerah kan diri mereka. Indera
Bangsawan meng ampuni dosa mereka dan
menerang
kan asal-usul diri nya. Hatta anak raja
yang sembilan orang itu pun menjadi saudara
Indera Bangsawan.
Baginda ingin mengatahui siapa sebenarnya
si Kembar itu. Pada suatu hari dipanggil tuan
putri dan si Kembar dan bertanya mengapa
mereka tidak menjadi suami-istri seperti di-
titahkannya. Baginda tidak mau mendengar
penjelasan mereka dan memenjarakan
mereka di tengah istana. Pada suatu malam,
si Kembar merasa tubuhnya terasa panas dan
keluar dari dalam sarungnya dan mandi di
tempat pesiram an tuan putri. Pada ke esokan
harinya, tuan putri mendapati air mandi sudah
habis dan mengadukan hal ini kepada baginda.
3. Ubahlah penggalan hikayat berikut ke dalam bentuk cerpen.
Baginda me nyuruh tuan putri pura-pura tidur
dan kalau si Kembar keluar dari sarungnya,
ia harus me
nyembunyi
kan sarung itu. Maka
malam pun tibalah. Indera Bangsawan tidak
dapat tidur, karena tubuhnya gatal. Maka ia
pun keluar dari sarungnya dan pergi mandi.
Tuan putri me
nyembunyi
kan sarungnya dan
Indera Bangsawan yang berasal dari negeri
Kobat Syahrial.
Baginda gembira sekali mengetahui
bahwa si Kembar itu ialah Indera Bangsawan.
Indera Bangsawan segera mau didudukannya
dengan tuan putri, tetapi Indera Bangsawan
minta tangguh tiga hari. Dalam pada itu
Indera Bangsa wan pergi mengunjungi raksasa
neneknya. Ia memperoleh satu kemala hikmat
dari raksasa itu. Menurut raksasa itu, kemala
hikmat itu boleh mengadakan barang apa
saja yang dikehendaki; mendirikan sebuah
negeri dengan isinya pun dapat juga. Dan yang
memegang rakyat di dalam kemala hikmat itu
ialah dua orang yang masing-masing bernama
Dekar Sari dan Dekar Dewa. Hatta Indera
bangsawan pun kembali ke negeri Antah
Barantah. Di pinggiran negeri Antah Barantah,
didiri
kan sebuah negeri yang lengkap dengan
isinya dengan kemala hikmat itu. Sebuah titian
emas juga dibina dari negeri itu sampai ke
mahligai tuan putri. Maka pe kerjaan berjaga-
jaga mulailah, empat puluh hari dan empat
puluh malam lamanya. Dan Indera Bangsawan
pun dinikahkan oleh kadi dengan tuan putri
Dewi Kemala Sari serta mem
bayar emas
kawinnya di hadapan dua orang sida-sida yang
kepercayaan lagi yakin pada agamanya.
Sumber:
Perintis Sastera
, 1951
dengan pengubahan